top of page
Search

Kepercayaan Diri Wanita Pengguna Instagram

  • Writer: Dieta Farina
    Dieta Farina
  • Jun 8, 2019
  • 4 min read

Percaya diri Wanita di Instagram.

Pada era modernisasi seperti sekarang, semua sudah berkembang secara cepat. Termasuk cara kita berkomunikasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain, juga sudah modern dan tidak perlu bertatap muka atau face to face. Namun dengan seiring berjalannya waktu, cara berkomunikasi sudah menggunakan media sosial. Media sosial ini membuat orang dapat saling terhubung seolah menjadi dekat dan tidak ada batasan jarak dan waktu. Media sosial kini sangat beragam dan menjadi tempat bagi orang untuk berbicara, berpartisipasi, berbagi dan menciptakan jejaring secara online. Pengertian dari media sosial sendiri adalah media yang bergerak secara online yang dimana para penggunaannya dapat berpartisipasi dengan mudah (Utari, 2011). Media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah Facebook, Instagram, Twitter dan Path (Hazisah, 2017). Saat ini media sosial yang sangat popular dan sangat sering digunakan adalah Instagram. Dalam Instagram.com , disebutkan bahwa Instagram sendiri adalah aplikasi share foto yang menyenangkan dimana pengguna dapat mengambil foto, menerapkan efek pada foto, dan membagikannya ke berbagai layanan media sosial, termasuk Instagram sendiri. Fitur-fitur seperti Instagram stories, siaran langsung, boomerang, foto dan video yang ada pada media sosial ini membuat masyarakat sangat berminat menggunakannya, karena fitur-fitur tersebut sangat lengkap dibandingkan dengan media sosial yang lain. Instagram saat ini menjadi media sosial yang paling diminati oleh para remaja untuk ajang eksistensi diri (Hazisah, 2017). Instagram memiliki konten yang tidak terbatas. Hampir semuanya ada di dalam Instagram dan memiliki dampak kepada penggunanya terutama remaja. Menurut survey menyatakan bahwa terdapat 45 juta pengguna aktif Instagram berasal dari Indonesia khususnya remaja (Reza, 2017).


Dalam penggunaan Instagram, remaja tidak bisa dijauhkan dari dampak-dampak negatif maupun positif seiring berkembangnya mereka pula. Sebuah penelitian yang dilakukan Ridgeway dan Clayton (2016) yang diikuti oleh 420 responden remaja pengguna instagram menghasilkan bahwa remaja akan lebih percaya diri ketika foto atau videonya disukai dan diberi komentar positif atau pujian oleh pengguna lain, dan sebaliknya, mereka akan merasa kurang percaya diri ketika tidak mendapatkan likes sesuai harapan dan tidak mendapatkan pujian seperti yang mereka mau (Nurika, 2016). Jumlah likes menjadi salah satu acuan individu yang menandakan bahwa foto yang mereka unggah di Instagram adalah unggahan yang disukai atau difavoritkan oleh followers, hal itu dikatakan sebagai salah satu bentuk dukungan dan pengakuan seseorang di media sosial. Jumlah likes menjadi persepsi dukungan sosial seseorang di media sosial, yang mana berbeda dengan dukungan sosial yang sesungguhnya (Donghee Yvette Wohn, Caleb T. Carr, & Rebecca A. Hayes, 2016).



Namun apabila pengguna Instagram mengunggah foto atau video di Instagram dan mendapatkan likes sedikit, maka pengguna akan merasa para followers tidak memiliki taste yang sama dengan mereka. Ketika mereka telah memiliki sebuah kepercayaan diri, maka akan terbentuklah self-image­ atau konsep diri pada diri mereka. Dimana konsep diri sendiri adalah identitas diri seseorang sebagai sebuah skema dasar yang terdiri dari kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisasi. Konsep diri merupakan sesuatu yang dipelajari dan terbentuk dari interaksi seseorang dengan orang tua, teman sebaya, dan masyarakat (Baron & Byrne, 2003).Dengan kenyataan saat ini, remaja membentuk konsep diri mereka dengan melihat foto atau video dari pengguna lain, baik temannya atau public figure, dapat memunculkan body image pada diri mereka.


Body image sendiri adalah sebuah bentuk atau gambaran terhadap rupa fisik diri, yang mana secara sosial dan budaya sudah terkontruksi dan memonitor gambaran tentang fisik masing-masing dengan cara membandingkan tubuhnya dengan tubuh orang lain (Jessica L. Ridgway, 2016). Dalam kenyataannya, wanita sendiri yang lebih sering dalam membandingkan fisik mereka dengan yang mereka lihat. Sehingga wanita diasosiasikan dengan budaya objectifying oleh hubungan sosial dan media sosial. Mereka mulai merealisasikan diri, dan mengintemalkan perspektif ini, maka mereka menilai diri mereka berdasarkan penampilan, penampilan yang tampak di lingkungan sekitar dan media yang membuat mereka melakukan self-objectifying (Jesse Fox & Megan A. Vendemia, 2016).



Dari peneltiian yang dilakukan lakukan, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan remaja mendapatkan citra tubuh yang ideal ketika melihat paparan public figure atau selebgram di Instagram, karena hal tersebut juga sudah terkonstruk secara social, ketika pemahaman itu diperlihatkan di media social, subjek meyakini bahwa citra tubuh ideal adalah yang berkulit putih dan langsing, ketika subjek melihat dan terpengaruh oleh unggahan tersebut, subjek pun membandingkan tubuh yang dimilikinya dengan tubuh yang dimiliki oleh public figure, subjek menilai bahwa tubuhnya belum sesuai dan masih jauh dari body-image idealnya, subjek pun merendahkan dirinya dan merasa kurang menarik dan kurang percaya diri karena belum memenuhi image ideal itu, dan untuk mendekati image body-ideal yang dilihatnya itu, subjek pun memiliki pikiran untuk merubah diri, seperti ingin memiliki kulit yang putih, dan tubuh yang langsing, karena subjek merasa bahwa ia tidak mungkin bisa merubah warna kulit nya, subjek pun akhirnya melakukan perubahan pada tubuhnya, yaitu menurunkan berat badan. Dalam hal ini, remaja memiliki 3 dimensi dari body-image, yaitu Body-Image Improvement dimana remaja melakukan beberapa upaya untuk merubah dan memperbaiki bentuk tubuhnya, Appearance Comparison dimana reaja membandingkan tubuhnya dengan tubuh orang lain, dan Body-Image Satisfaction dimana remaja belum merasa puas dengan tubuhnya.


Ketika remaja merasa bahwa real-self nya belum mencapai ideal-self nya, remaja merasa kurang percaya diri dan kurang menarik, remaja merasa bahwa dirinya cukup cantik, dan kerap merendahkan dirinya dan mengatakkan bahwa dirinya tidak seperti wanita lain yang memiliki body-image ideal, dan merasa bahwa dirinya kalah jika disandingkan dengan wanita-wanita tersebut, karena remaja memiliki 1 dimensi body-image, yaitu body-image importance, dimana subjek menilai bahwa tercapainya body-image ideal adalah salah satu hal yang penting dibandingkan hal-hal lain.

Setelah remaja melihat unggahan public figure ataupun wanita yang dinilai memiliki fisik yang menarik dan ideal, remaja cenderung untuk merasa kurang percaya diri karena remaja kerap membandingkan tubuhnya dengan tubuh orang lain tersebut, dan menilai bahwa dirinya belum mencapai body-image ideal, sehingga remaja mengalami penurunan kepercayaan diri karena terpengaruh unggahan public figure yang dinilai ideal, sementara subjek belum memilikinya.



Kesimpulan yang didapat, Apabila individu memiliki fisik yang seuai dengan konsep idealnya, maka kepercayaan dirinya akan tinggi begitu juga sebaliknya. Pada penelitian kami, subjek merasa memiliki fisik yang kurang sesuai dengan konsep idealnya, maka subjek memiliki kepercayaan diri yang kurang. Ketika terpapar body image ideal di Instagram, Individu memiliki penurunan kepercayaan diri karena merasa bahwa belum memenuhi standar body image ideal yang dipaparkan.

 
 
 

Komen


© 2023 by The Book Lover. Proudly created with Wix.com

Follow Me !
  • Twitter Social Icon
  • Instagram
  • Facebook Social Icon
bottom of page